Percaya tuhan itu adilkan, walaupun menurut kita-kita kalau lagi sedih /
kecewa / marah kadang mengumpat bahwa “Tuhan
Ngak adil” atau berkata “Tuhan
dimana ?”.
Tapi ini mungkin bisa jadi pelajaran buat kita, khususnya buat Ay. Seorang
teman ya mungkin kalau dilihat dari ekonomi keluarganya jauh dari kata mapan,
jangankan untuk uang saku sekolah mungkin bisa makan 3 x sehari udah bersukur
banget. Tapi dia nggak pernah ngeluh atau pun berharap belas kasihan dari siapa
pun.
Namanya Sapto, jangan ditanya kalau setiap kali pembagian rapor. Udah pada
tau kalau dia pemegang tampuk juara kelas bahkan juara umum. Selain itu dia
juga mempunyai bakat seni menulis kaligrafi dan grafiti.
Jika ditanya oleh guru atau teman-temannya berapa lama dia belajar di
rumah dia menjawab
“nggak sempet belajar di rumah, soalnya sapto pulang sekolah bantu bapak
dipasar, malam bantu ibu untuk nyiapin jualan bapak tapi kalau pas bapak / ibu guru menerangkan sapto gak nyia-nyian kesempatan
itu untuk belajar dan bertanya ”
“kalau PR disempetin ngerjainnya paling kepepet habis sholat tahajud
baru dikerjaain”
Pernah Ay nanyain ke Sapto, pernah nggak ngerasa lelah atau marah pada nasib,
di saat temen-temen pada asik main dan membelajakan uang dari ortunya secara
berlebihan.
Dia bilang, sesekali mungkin namanya juga manusia, tapi kalau mau marah
dan lelah pada nasib ya itu sama juga nganggap Tuhan nggak adil atau nggak
menerima pemberian Tuhan. Sapto percaya Tuhan bisa merubah nasib dan keadaan
umat_Nya selama dia mau usaha dengan iklas dan sungguh-sungguh.
Dan yang paling Ay suka dengan wejangan tentang keadaannya adalah
“Tuhan gue pasti nggak tega liat gue susah terus, sebab gue percaya
siapa yang bersungguh-sungguh dengan mimpi-mimpi masa depannya untuk merubah
nasibnya pasti Dia datang untuk ngabulin doa dan kesungguhan setiap hamba_nya”